LAPORAN
SENIBUDAYA
Disusun
guna melengkapi tugas senibudaya
Disusun
oleh
Kelompok
4 :
1. Friza Puji Astuti (10)
2. Muliyatul Rokhmah (18)
3. Novita Wulan Sari (20)
4. Nugroho Adi Pranata (21)
5. Rendra Eka Saputra (24)
6. Rudi Hartanto (26)
7. Shintia Anggraeni (29)
SMK
NEGERI 1 BANYUDONO
Jln.
Kuwiran No 03 Banyudono, Boyolali
DAFTAR
ISI
A.
HALAMAN
JUDUL................................................................................................ 1
B.
DAFTAR
ISI............................................................................................................. 2
C.
KATA
PENGANTAR.............................................................................................. 3
D.
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. 4
E.
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 5
1. LATAR BELAKANG.................................................................................. 5
2. GERAK......................................................................................................... 5-7
3. IRINGAN..................................................................................................... 7-8
4. TATA BUSANA........................................................................................... 8-9
5. TATA RIAS.................................................................................................. 9-10
6. ACCESSORIES............................................................................................ 10
7. PROPERTI.................................................................................................... 10
8. POLA LANTAI............................................................................................ 10
9. RUMUSAN MASALAH............................................................................. 10-17
10. TUJUAN....................................................................................................... 17
11. MANFAAT................................................................................................... 17
F.
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................... 18
1. DEFINISI TARI........................................................................................... 18
2. GERAK......................................................................................................... 18-19
3. IRINGAN..................................................................................................... 19-23
4. TATA BUSANA........................................................................................... 23
5. TATA RIAS.................................................................................................. 23
6. ACCESSORIES............................................................................................ 24
7. PROPERTI.................................................................................................... 24
8. POLA LANTAI............................................................................................ 24-25
G.
BAB III PENUTUP.................................................................................................. 28
MOTTO......................................................................................................... 28
H. DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 29
KATA PENGANTAR
Dengan
mengucap syukur alhamdulllah atas kehadiran Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan laporan
hasil senibudaya.
Penyusunan
laporaan ini adalah satu syarat untuk mengikuti ujian akhir semester tahun
diklat 2012/2013. Laporan ini dapat dibuat dan di selesaikan dengan adanya
bantuan dari pihak lain. Oleh karena itu kani mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu latihan dan laporan ini sehingga dapat
terlaksana dengan baik.
Kami
menyadari dalam penyusunan laporan ini masih terdapat kekeliruan dan
kekurangan.Untuk itu mohon kritik dan saran yang membangun dalam perbaikan
laporan di kemudianhari.
HALAMAN PENGESAHAN
Didalam
sebuah laporan perlu diadakan pengesahan, didalam laporan kami yang berisi
tentang LAPORAN SENI BUDAYA ini telah selesai kami susun.Dan dengan
ditandatanganinya laporan ini berarti laporan ini telah sah.
|
Banyudono, November 2012
|
|
Mengesahkan
|
|
Drs. Bambang Sri Harno
|
|
Nip.
|
|
|
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Ruang lingkup isi pembelajaran senitari mencangkup
apresiasi karya senitari dan mengekspresikan diri melalui karya seni tari. Oleh
karena itu wawasan umum yang luas tentang tari dan bagaimana mengembangkan
materi ajar tari, akan membantu guru dalam melaksanakan pencapaian kompetensi
dasar senisiswa.
Untuk cakupan
apresiasi guru perlu memahami bagaimana
mengembangkan kegiatan apresiasi siswa, antara lain membahas tari,
jenisnya, serta hal hal yang menyangkut analisa keindahan dan keunikan tari.
Tahapan apresiasi juga diperlukan untuk membimbing siswa melakukan kegiatan
apresiasi. Cakupan berkarya seni memberikan rangsangan guru SMK untuk
melakukan kegiatan produksi seni. Keterampilan melakukan gerak diperoleh
sendiri berdasarkan pengamatan alam lingkungan, maupun mengeksplorasi tari yang
telah eksis baik di daerah setempat, nusantara, maupun mancanegara. Di sini
guru harus aktif sendiri dan mempunyai kreativitas yang cukup tinggi. Setelah
jadi tarian, selanjutnya perlu diperagakan dirancang untuk disajikan dalam
sebuah pagelaran.
Setelah mempelajari bab SENI TARI, anda diharapkan dapat:
1. mengembangkan
bahan ajar apresiasi dan berkarya seni
di SMK
2. menjelaskan
prosedur apresiasi dan berkarya seni
3. melakukan
kegiatan apresiasi dan berkarya seni sesuai dengan karakteristik siswa
SMK
4. merancang
peragaan tari atau pagelaran tari
2. Unsur – unsur Seni Tari
1) Gerak
Gerak merupakan unsur seni tari dan
drama yang penting.Terutama seni tari, gerak benar-benar merupakan unsur yang
utama.Gerak manusia yang disusun merupakan motif-motif yang indah, sedangkan
motif itu merupakan gerak peniruan pada gerak-gerak alam, atau merupakan
stilasi dari gerak sehari-hari.Pada gerak peniruan alam, misalnya peniruan
tingkah laku binatang seperti gerak burung, kijang, kuda dan sebagainya.Gerak
peniruan gejala alam, misalnya gerak angin, ombak dan sebagainya.Dapat pula
berupa peniruan gerak tanaman tertiun angin.Sedangkan gerak peniruan misalnya
gerak orang sedang membatik, mengetam padi, menjala ikan dan sebagainya.Atau
dapat pula berupa peniruan gerak manusia itu sendiri, misalnya berjalan,
melihat sesuatu, berhias dan sebagainya.
Gerak manusia dibedakan atas gerak
wanita dan gerak pria.Pada gerak wanita, tampak lebih lembut dari gerak
pria.Sedangkan gerak pria dibedakan antara gerak pria yang halus dan gerak pria
yang kasar. Beda antara keduanya sudah jelas dari namanya, yang satu lebih
lembut daripada yang lain.
Bentuk-bentuk gerak disesuaikan
dengan perwatakan tokohnya.Tokoh yang berwatak kasar, jahat atau angkara murka
digambarkan dengan gerak yang kasar.Demikian pula tokoh yang gagah digambarkan
dengan gerak yang kasar tetapi berwibawa. Sebaliknya tokoh yang berwatak jujur,
halus serta gemar akan kebenaran dan kebaikan digambarkan dengan gerak halus.
Kecuali dapat menggambarkan watak
dari tokoh-tokohnya, gerak juga merupakan sarana untuk berekspresi.Jadi gerak
dapat merupakan perlambang dari maksud-maksud tertentu. Misalnya dalam
sendratari yang tanpa dialog semua maksud atau ekspresi digambarkan dalam
bentuk gerak dan ekspresi muka atau mimik. Untuk menggambarkan tokoh yang ingin
agar rekannya pergi, dapat digambarkan dengan gerak-gerak lengan dan
sebagainya.
Dalam seni suara atau musik, gerak
tampak dalam kekuatan suara-suara nada.Nada dapat disuarakan dengan kuat dan
dapat disuarakan pula dengan lemah.Kuat dan lemahnya nada inilah yang
menjadikan sebuah gerak dalam musik.
Gerak dalam musik disebut
“dinamik”.Dinamik dapat menggambarkan semangat yang dikehendaki dalam sebuah
lagu. Lagu yang bersemangat, misalnya lagu perjuangan akan lebih terasa apabila
disuarakan dengan keras dan tegas.
Menurut aktifitasnya gerak dapat di
bagi menjadi dua macam,yaitu :
·
Gerak setempat adalah gerak yang dilakukan tanpa berpindah
tempat
·
Gerak berpindah tempat adalah gerak yang dilakukan dengan
berpindah tempat dapat dilakukan dengan gerak bergeser, melangkah, meluncur dan
melompat.
Menurut bentuknya,gerak dapat dibagi
menjadi tiga macam,yaitu :
·
Gerak Realistik / Gerak Wantah adalah gerak yang dilakukan oleh
sesorang sesuai dengan apa yang dilihatnya.
·
Gerak Stilir adalah gerak yang sudah digubah,gerak tidak wantah dengan
cara diperhalus.
·
Gerak Simbolik adalah gerak yang hanya sebagai simbol,gerak tidak wantah
yang sudah di stilir.
Menurut sifatnya gerak dapat dapat di bagi menjadi
empat,yaitu :
·
Gerak Lemah adalah gerak yang dilakukan dengan tidak menggunakan
kekuatan otot.
·
Gerak tegang adalah gerak yang dilakukan dengan menggunakan otot-otot
atau kekuatan.
·
Gerak lembut adalah gerak yang dilakukan oleh sesorang yang
gerak-gerakannya mengalir.
·
Gerak kasar adalah gerak-gerak yang dilakukan oleh sesorang dengan
menggunakan otot-otot yang kuat.seperti hentakan-hentakan kakiyang dilakukan
dengan kecepatan tinggi.
Dari
hasil pengolahan gerak yang telah mengalami stilasi dan distorsi lahirlah dua
jenis gerak tari yaitu, gerak murni (pure movement) dan gerak maknawi.
·
Gerak murni : dalam
pengolahannya tidak mempertimbangkan suatu
pengertian tertentu, yang dipentingkan factor keindahan gerak saja.
pengertian tertentu, yang dipentingkan factor keindahan gerak saja.
·
Gerak maknawi : dalam
pengolahannya mengandung suatu pengertian atau maksud tertentu, disamping
keindahannya. Gerak maknawi di sebut juga gerak Gesture, bersifat menirukan (
imitative dan mimitif ).
a. Imitatif adalah gerak peniruan dari binatang dan alam.
b. Mimitif adalah gerak peniruan dari gerak-gerik manusia.
a. Imitatif adalah gerak peniruan dari binatang dan alam.
b. Mimitif adalah gerak peniruan dari gerak-gerik manusia.
2) Ritme/iringan
Di
atas telah disebutkan bahwa tari adalah suatu gerak ritmis.Untuk memperkuat dan
memperjelas gerak ritmis dari suatu bentuk tarian dapat dilaksanakan dengan
iringan.Iringan tersebut pada umumnya berupa suara atau bunyi-bunyian.Sumber
bunyi sebagai iringan tari yang pertama adalah suara manusia sendiri.
Bangsa-bangsa
primitif menari-nari dengan teriakan-teriakan sebagai musik pengiringnya.Anak
kecil menari-nari dengan teriakan iringan nyanyian suara ibu atau inang
pengasuhnya.Selanjutnya pada tingkat berikutnya demi keserempakan gerak mereka
menari-nari dengan tepuk tangan sebagai pengiringnya.Hal ini ada kalanya
disamping dengan nyanyian ada juga dengan tepuk tangan.Tarian Seudati dari Aceh
merupakan tarian pria yang ditarikan secara massal dikuatkan dengan suatu
tepukan tangan pada perut.
Bangsa
Indian di pedalaman Amerika ataupun bangsa Pigmi di pedalaman benua Afrika
menari-nari dengan menghentakkan kaki ke tanah.Suara yang ditimbulkan karena
hentakan kaki itulah yang dipergunakan sebagai iringannya. Setelah mereka
mengenal senjata atau tongkat, maka suara hentakan kaki tadi diganti dengan
suara yang ditimbulkan dari hentakan tongkat pada tanah, ataupun suara lain
yang ditimbulkan jarena pukulan tongkat dengan tongkat lain.
Selama
orang laki-laki menari-nari, maka keluarga mereka melingkari sambil menyanyi
ataupun bertepuk tangan membantu menguatkan suara si penari. Ada kalanya para
istri mereka dan anak-anaknya memukul-mukul dahan pohon yang telah tumbang
sebagai alat bunyi-bunyian yang dia mainkan dengan cara dipukul-pukul, seperti
sekarang dapat kita lihat sebagai kentongan ataupun lesung alat penumbuk padi.
Di
Jawa Tengah sampai saat ini ada suatu pertunjukan yang disebut Ketoprak lesung,
dan lesung tadi dipergunakan sebagai alat bunyi-bunyian pengiringnya. Disamping
alat musik pukul, dalam perkembangannya juga dikenal alat musik tiu seperti
seruling. Tari-tarian yang diiringi dengan seruling sampai saat ini masih
banyak terdapat di pulau Bali.Bunyi-bunyian dapat pula berbentuk alat petik
seperti kecapi Sunda atau siter dan clempung di Jawa Tengah. Alat bunyi lainnya
ada yang cara membunyikannya dengan ditepuk baik sebelah sisi atas Tata
3)
Rias
Tata Rias wajah merupakan suatu
kegiatan untuk merubah penampilan atau mempercantik wajah yang pada umunya
dilakukan oleh wanita walaupun sebenarnya dipakai di dunia modeling,fotograpy
dan untuk kepentingan dunia entertainment.Ada beberapa jenis tat arias wajah
denagn berbagai macam fungsi dan situasi yang bisa kita pakai tergantung dari
kebutuhan tiap pribadi dan tempat sebagai berikut:
a) Tata rias wajah sehari-hari (Daily
Make Up) tat arias ini biasanya dipakai untuk kepentingan sehari-hari,dengan
kebutuhan untuk berangkat kerja ,kuiah ataupun untuk sekedar jalan-jalan
b) Tata rias wajah sore dan malam hari
atau biasanya kita kenal dengan Evening Make Up jenis tat arias ini biasanya
dipakai dala situasi pada sore atau malam hari dengan kombinasi dan perpaduan
warna yang lebih jelas
c) Tata rias wajah korektif(Make Up
Corectifi)
Tata rias wajah ini lebih cenderung pada kebutuhan untuk
memperbaiki atau menkoreksi beberapa bagian wajah yang kurang proportional
dengan caramenyamarkan bagian yang kurang dan menonjolkan setiap kelebihan
dengan cara bermain warna yang terang dan gelap.
Fungsi Tata Rias :
a) Mengubah wajah manusia yang wajar
menjadi wajah lain sesuai karakter
b) Mengatasi efek cahaya yang kuat
c) Menguatkan karakter yang terjalin
dalam cerita
aupun
kedua sisinya,
4)
Tata Busana
Pengertian
tata busana berasal dari kata “Busana’’ di ambil dari bahasa sansekerta
“bhusana”.Namun dalam bahasa Indonesia terjadi pergeseran arti “busana” menjadi
“padanan pakaian”.Meskipun demikian pengertian busana dan pakaian merupakan dua
hal yang berbeda.Busana merupakan segala sesuatu yang kita pakai mulai dari
ujung rambut sampai keujung kaki.Busana ini mencakup busana
pokok,pelengkap(milineris dan accesoris) dan tata riasnya.Sedangkan pakaian
merupakan bagian dari busana yang tergolong busana pokok.Jadi pakaian merupakan
busana pokok yang di gunakan untuk menutupi bagian-bagian tubuh.
Busana
yang dipakai dapat mencerminkan kepribadian dan status social si pemakai.Selain
itu busana juga dapat menyampaikan pesan atau image kepada orang yang
melihat.Untuk itu dalam busana banyak hal yang perlu diperhatikan dan
dipertimbangkan sehingga diperoleh busana serasi,indah dan menari
Ilmu tata busana adalah suatu ilmu yang
mempelajari bagaimana cara memilih,mengatur dan memperbaiki,dalam hal ini
adalah busanasehingga dipeoleh busana yang lebih serasi dan indah.
Fungsi
Tata busana tari yaitu:
a) Sebagai alat untuk melindungi tubuh
b) Sebagai alat untuk mencitrakan
kesopanan
c) Sebagai alat untuk memenuhi hasrat
manusia akan keindahan
Macam-macam tata busana dan letak pemakainnya
dalm tari jawa :
No
|
Macam
Busana
|
Letak
Pemakaiannya
|
1
|
irah-irahan/jamang
|
Di kepala
|
2
|
Sumping
|
Ditelinga kanan kiri
|
3
|
Kantong Gelang
|
Dileher belakang
|
4
|
Plim
|
Dibahu kanan kiri
|
5
|
alung Kaca
|
Dileher-dada
|
6
|
Kalung susun
|
Dileher-dada
|
7
|
Kalung ulur
|
Dileher –dada
|
8
|
Endong Panah
|
Melintang dipunggung
|
9
|
Srempang
|
Melintang di dada
|
10
|
Prabo/badong
|
Punggung
|
11
|
Klat bahu
|
Lengan atas kanan kiri
|
12
|
Poles
|
Pergelangan tangan kanan kiri
|
13
|
Mekak/Angkih
|
Melingkar di dada
|
14
|
Ilat-ilatan
|
Dada depan membujur
|
15
|
Baju Rompi
|
Melingkar di dada
|
16
|
Sabuk
|
Melingkar diperut
|
5)
Accesoris
Accesoris Tari
Adalah perlengkapan busana tari itu berupa perhiasan
Contoh:
a) Giwang
b) Kalung
c) Cincin
d) Gelang
e) Cunduk Mentul
f) Cunduk Jungkat
g) Tusuk Gelang
h) Penetep
Fungsi asssesoris tari adalah:
a) Menambah kecantikan si pemakai
b) Member keindahan serta keserasian
6). Properti
Yang dimaksud dengan perlengkapan tari
adalah perlengkapan yang tidak termasuk kostum, tidak termasuk pula
perlengkapan panggung, tetapi merupakan perlengkapan penari. Misalnya kipas,
pedang, tombak, panah. Cobalah identifikasi yang lainnya. Property seolah-olah menjadi satu dengan
badan penari, maka penggunaannya harus diperhatikan. Di samping itu agar
perlengkapan tersebut dapat memberikan kesan yang menguntungkan pada suatu
adegan, maka sering ukurannya dibuat lebih besar dari yang sesungguhnya.
7). Pola
Lantai
Pola
lantai merupakan pola atau denah yang dilakukan seorang penari dengan
perpindahan, pergerakan, dan pergeseran posisi dalam sebuah ruang.Pola lantai
tari tunggal nusantara secara umum dapat berupa garis lurus dan garis lengkung.
Berikut ini kami akan membahas bentuk-bentuk pola lantai dari garis lengkung
dan garis lurus disertai pergeseran dan perpindahan posisi.
RUMUSAN
MASALAH
1. Apa yang dimaksud definisi seni tari
?
2. Apa sajakah unsure-unsur dalam seni
tari ?
TUJUAN
1. Siswa dapat kreatifitas dalam Seni Budaya
dalam Seni Tari
2. Siswa biar mempunyai rasa cinta terhadap Seni Budaya
khususnya Seni Tari
MANFAAT
1. Supaya siswa lebih berkreativitas
dalam Seni Budaya khususnya Seni Tari
2. Supaya siswa lebih mempunyai rasa
cinta terhadap Seni Budaya khususnya Seni Tari
BAB
II
PEMBAHASAN
1. Definis Seni Tari Tradisional
Pengertian Tari Jaipong
Jaipongan adalah sebuah genre seni tari yang lahir dari kreativitas seorang seniman asal Bandung, Gugum Gumbira.Perhatiannya pada kesenian rakyat yang salah satunya adalah Ketuk Tilu menjadikannya mengetahui dan mengenal betul perbendaharan pola-pola gerak tari tradisi yang ada pada Kliningan/Bajidoran atau Ketuk Tilu. Gerak-gerak bukaan, pencugan, nibakeun dan beberapa ragam gerak mincid dari beberapa kesenian di atas cukup memiliki inspirasi untuk mengembangkan tari atau kesenian yang kini dikenal dengan nama Jaipongan. Sebagai tarian pergaulan, tari Jaipong berhasil dikembangkan oleh Seniman Sunda menjadi tarian yang memasyarakat dan sangat digemari oleh masyarakat Jawa Barat (khususnya).Bahkan populer sampai di luar Jawa Barat.Menyebut Jaipongan sesungguhnya tak hanya akan mengingatkan orang pada sejenis tari tradisi Sunda yang atraktif dengan gerak yang dinamis. Tangan, bahu, dan pinggul selalu menjadi bagian dominan dalam pola gerak yang lincah, diiringi oleh pukulan kendang. Terutama pada penari perempuan, seluruhnya itu selalu dibarengi dengan senyum manis dan kerlingan mata. Inilah sejenis tarian pergaulan dalam tradisi tari Sunda yang muncul pada akhir tahun 1970-an yang sampai hari ini popularitasnya masih hidup di tengah masyarakat.
Sejarah perkembangan Tari Jaipong
Sebelum bentuk seni pertunjukan ini muncul, ada beberapa pengaruh yang melatar belakangi bentuk tari pergaulan ini.Di Jawa Barat misalnya, tari pergaulan merupakan pengaruh dari Ball Room, yang biasanya dalam pertunjukan tari-tari pergaulan tak lepas dari keberadaan ronggeng dan pamogoran. Ronggeng dalam tari pergaulan tidak lagi berfungsi untuk kegiatan upacara, tetapi untuk hiburan atau cara gaul. Keberadaan ronggeng dalam seni pertunjukan memiliki daya tarik yang mengundang simpati kaum pamogoran.Misalnya pada tari Ketuk Tilu yang begitu dikenal oleh masyarakat Sunda, diperkirakan kesenian ini populer sekitar tahun 1916.Sebagai seni pertunjukan rakyat, kesenian ini hanya didukung oleh unsur-unsur sederhana, seperti waditra yang meliputi rebab, kendang, dua buah kulanter, tiga buah ketuk, dan gong.
Demikian pula dengan gerak-gerak tarinya yang tidak memiliki pola gerak yang baku, kostum penari yang sederhana sebagai cerminan kerakyatan.Seiring dengan memudarnya jenis kesenian di atas, mantan pamogoran (penonton yang berperan aktif dalam seni pertunjukan Ketuk Tilu/Doger/Tayub) beralih perhatiannya pada seni pertunjukan Kliningan, yang di daerah Pantai Utara Jawa Barat (Karawang, Bekasi, Purwakarta, Indramayu, dan Subang) dikenal dengan sebutan Kliningan Bajidoran yang pola tarinya maupun peristiwa pertunjukannya mempunyai kemiripan dengan kesenian sebelumnya (Ketuk Tilu/Doger/Tayub). Dalam pada itu, eksistensi tari-tarian dalam Topeng Banjet cukup digemari, khususnya di Karawang, di mana beberapa pola gerak Bajidoran diambil dari tarian dalam Topeng Banjet ini.Secara koreografis tarian itu masih menampakan pola-pola tradisi (Ketuk Tilu) yang mengandung unsur gerak-gerak bukaan, pencugan, nibakeun dan beberapa ragam gerak mincid yang pada gilirannya menjadi dasar penciptaan tari Jaipongan.Beberapa gerak-gerak dasar tari Jaipongan selain dari Ketuk Tilu, Ibing Bajidor serta Topeng Banjet adalah Tayuban dan Pencak Silat.
Kemunculan tarian karya Gugum Gumbira pada awalnya disebut Ketuk Tilu perkembangan, yang memang karena dasar tarian itu merupakan pengembangan dari Ketuk Tilu.Jaipongan merupakan karya utama Gugum Gumbira.
Ciri – Ciri Tari Jaipong
Jaipongan adalah sebuah genre seni tari yang lahir dari kreativitas seorang seniman asal Bandung, Gugum Gumbira.Perhatiannya pada kesenian rakyat yang salah satunya adalah Ketuk Tilu menjadikannya mengetahui dan mengenal betul perbendaharan pola-pola gerak tari tradisi yang ada pada Kliningan/Bajidoran atau Ketuk Tilu. Gerak-gerak bukaan, pencugan, nibakeun dan beberapa ragam gerak mincid dari beberapa kesenian di atas cukup memiliki inspirasi untuk mengembangkan tari atau kesenian yang kini dikenal dengan nama Jaipongan. Sebagai tarian pergaulan, tari Jaipong berhasil dikembangkan oleh Seniman Sunda menjadi tarian yang memasyarakat dan sangat digemari oleh masyarakat Jawa Barat (khususnya).Bahkan populer sampai di luar Jawa Barat.Menyebut Jaipongan sesungguhnya tak hanya akan mengingatkan orang pada sejenis tari tradisi Sunda yang atraktif dengan gerak yang dinamis. Tangan, bahu, dan pinggul selalu menjadi bagian dominan dalam pola gerak yang lincah, diiringi oleh pukulan kendang. Terutama pada penari perempuan, seluruhnya itu selalu dibarengi dengan senyum manis dan kerlingan mata. Inilah sejenis tarian pergaulan dalam tradisi tari Sunda yang muncul pada akhir tahun 1970-an yang sampai hari ini popularitasnya masih hidup di tengah masyarakat.
Sejarah perkembangan Tari Jaipong
Sebelum bentuk seni pertunjukan ini muncul, ada beberapa pengaruh yang melatar belakangi bentuk tari pergaulan ini.Di Jawa Barat misalnya, tari pergaulan merupakan pengaruh dari Ball Room, yang biasanya dalam pertunjukan tari-tari pergaulan tak lepas dari keberadaan ronggeng dan pamogoran. Ronggeng dalam tari pergaulan tidak lagi berfungsi untuk kegiatan upacara, tetapi untuk hiburan atau cara gaul. Keberadaan ronggeng dalam seni pertunjukan memiliki daya tarik yang mengundang simpati kaum pamogoran.Misalnya pada tari Ketuk Tilu yang begitu dikenal oleh masyarakat Sunda, diperkirakan kesenian ini populer sekitar tahun 1916.Sebagai seni pertunjukan rakyat, kesenian ini hanya didukung oleh unsur-unsur sederhana, seperti waditra yang meliputi rebab, kendang, dua buah kulanter, tiga buah ketuk, dan gong.
Demikian pula dengan gerak-gerak tarinya yang tidak memiliki pola gerak yang baku, kostum penari yang sederhana sebagai cerminan kerakyatan.Seiring dengan memudarnya jenis kesenian di atas, mantan pamogoran (penonton yang berperan aktif dalam seni pertunjukan Ketuk Tilu/Doger/Tayub) beralih perhatiannya pada seni pertunjukan Kliningan, yang di daerah Pantai Utara Jawa Barat (Karawang, Bekasi, Purwakarta, Indramayu, dan Subang) dikenal dengan sebutan Kliningan Bajidoran yang pola tarinya maupun peristiwa pertunjukannya mempunyai kemiripan dengan kesenian sebelumnya (Ketuk Tilu/Doger/Tayub). Dalam pada itu, eksistensi tari-tarian dalam Topeng Banjet cukup digemari, khususnya di Karawang, di mana beberapa pola gerak Bajidoran diambil dari tarian dalam Topeng Banjet ini.Secara koreografis tarian itu masih menampakan pola-pola tradisi (Ketuk Tilu) yang mengandung unsur gerak-gerak bukaan, pencugan, nibakeun dan beberapa ragam gerak mincid yang pada gilirannya menjadi dasar penciptaan tari Jaipongan.Beberapa gerak-gerak dasar tari Jaipongan selain dari Ketuk Tilu, Ibing Bajidor serta Topeng Banjet adalah Tayuban dan Pencak Silat.
Kemunculan tarian karya Gugum Gumbira pada awalnya disebut Ketuk Tilu perkembangan, yang memang karena dasar tarian itu merupakan pengembangan dari Ketuk Tilu.Jaipongan merupakan karya utama Gugum Gumbira.
Ciri – Ciri Tari Jaipong
Ciri khas Jaipongan gaya kaleran, yakni
keceriaan, erotis, humoris, semangat, spontanitas, dan kesederhanaan (alami,
apa adanya). Hal itu tercermin dalam pola penyajian tari pada pertunjukannya,
ada yang diberi pola (Ibing Pola) seperti pada seni Jaipongan yang ada di
Bandung, juga ada pula tarian yang tidak dipola (Ibing Saka), misalnya pada
seni Jaipongan Subang dan Karawang. Istilah ini dapat kita temui pada Jaipongan
gaya kaleran, terutama di daerah Subang. Dalam penyajiannya, Jaipongan gaya
kaleran ini, sebagai berikut:
1) Tatalu;
2) Kembang Gadung;
3) Buah Kawung Gopar;
4) Tari Pembukaan (Ibing Pola), yang biasanya dibawakan oleh penari tunggal atau Sinden Tatandakan (serang sinden tapi tidak bisa nyanyi melainkan menarikan lagu sinden/juru kawih)
; 5) Jeblokan dan Jabanan, merupakan bagian pertunjukan ketika para penonton (bajidor) sawer uang (jabanan) sambil salam tempel. Istilah jeblokan diartikan sebagai pasangan yang menetap antara sinden dan penonton (bajidor).
Perkembangan Tari Jaipong
Karya Jaipongan pertama yang mulai dikenal oleh masyarakat adalah tari "Daun Pulus Keser Bojong" dan "Rendeng Bojong" yang keduanya merupakan jenis tari putri dan tari berpasangan (putra dan putri). Dari tarian itu muncul beberapa nama penari Jaipongan yang handal seperti Tati Saleh, Yeti Mamat, Eli Somali, dan Pepen Dedi Kurniadi. Awal kemunculan tarian tersebut sempat menjadi perbincangan, yang isu sentralnya adalah gerakan yang erotis dan vulgar. Namun dari ekspos beberapa media cetak, nama Gugum Gumbira mulai dikenal masyarakat, apalagi setelah tari Jaipongan pada tahun 1980 dipentaskan di TVRI stasiun pusat Jakarta. Dampak dari kepopuleran tersebut lebih meningkatkan frekuensi pertunjukan, baik di media televisi, hajatan maupun perayaan-perayaan yang diselenggarakan oleh pihak swasta dan pemerintah.
Kehadiran Jaipongan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap para penggiat seni tari untuk lebih aktif lagi menggali jenis tarian rakyat yang sebelumnya kurang perhatian. Dengan munculnya tari Jaipongan, dimanfaatkan oleh para penggiat seni tari untuk menyelenggarakan kursus-kursus tari Jaipongan, dimanfaatkan pula oleh pengusaha pub-pub malam sebagai pemikat tamu undangan, dimana perkembangan lebih lanjut peluang usaha semacam ini dibentuk oleh para penggiat tari sebagai usaha pemberdayaan ekonomi dengan nama Sanggar Tari atau grup-grup di beberapa daerah wilayah Jawa Barat, misalnya di Subang dengan Jaipongan gaya "kaleran" (utara).
Perkembangan selanjutnya tari Jaipongan terjadi pada taahun 1980-1990-an, di mana Gugum Gumbira menciptakan tari lainnya seperti Toka-toka, Setra Sari, Sonteng,
Pencug, Kuntul Mangut, Iring-iring Daun Puring, Rawayan dan tari Kawung Anten. Dari tarian-tarian tersebut muncul beberapa penari Jaipongan yang handal antara lain Iceu Effendi, Yumiati Mandiri, Miming Mintarsih, Nani, Erna, Mira Tejaningrum, Ine Dinar, Ega, Nuni, Cepy, Agah, Aa Suryabrata dan Asep.
Dewasa ini tari Jaipongan boleh disebut sebagai salah satu identitas keseniaan Jawa Barat, hal ini nampak pada beberapa acara-acara penting yang berkenaan dengan tamu dari negara asing yang datang ke Jawa Barat, maka disambut dengan pertunjukan tari Jaipongan. Demikian pula dengan misi-misi kesenian kemancanegara senantiasa dilengkapi dengan tari Jaipongan.Tari Jaipongan banyak mempengaruhi kesenian-kesenian lain yang ada di masyarakat Jawa Barat, baik pada seni pertunjukan wayang, degung, genjring/terbangan, kacapi jaipong, dan hampir semua pertunjukan rakyat maupun pada musik dangdut modern yang dikolaborasikan dengan Jaipong.
Penari jaipongan terdiri dari Tunggal, rampak / kolosal
1) Tatalu;
2) Kembang Gadung;
3) Buah Kawung Gopar;
4) Tari Pembukaan (Ibing Pola), yang biasanya dibawakan oleh penari tunggal atau Sinden Tatandakan (serang sinden tapi tidak bisa nyanyi melainkan menarikan lagu sinden/juru kawih)
; 5) Jeblokan dan Jabanan, merupakan bagian pertunjukan ketika para penonton (bajidor) sawer uang (jabanan) sambil salam tempel. Istilah jeblokan diartikan sebagai pasangan yang menetap antara sinden dan penonton (bajidor).
Perkembangan Tari Jaipong
Karya Jaipongan pertama yang mulai dikenal oleh masyarakat adalah tari "Daun Pulus Keser Bojong" dan "Rendeng Bojong" yang keduanya merupakan jenis tari putri dan tari berpasangan (putra dan putri). Dari tarian itu muncul beberapa nama penari Jaipongan yang handal seperti Tati Saleh, Yeti Mamat, Eli Somali, dan Pepen Dedi Kurniadi. Awal kemunculan tarian tersebut sempat menjadi perbincangan, yang isu sentralnya adalah gerakan yang erotis dan vulgar. Namun dari ekspos beberapa media cetak, nama Gugum Gumbira mulai dikenal masyarakat, apalagi setelah tari Jaipongan pada tahun 1980 dipentaskan di TVRI stasiun pusat Jakarta. Dampak dari kepopuleran tersebut lebih meningkatkan frekuensi pertunjukan, baik di media televisi, hajatan maupun perayaan-perayaan yang diselenggarakan oleh pihak swasta dan pemerintah.
Kehadiran Jaipongan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap para penggiat seni tari untuk lebih aktif lagi menggali jenis tarian rakyat yang sebelumnya kurang perhatian. Dengan munculnya tari Jaipongan, dimanfaatkan oleh para penggiat seni tari untuk menyelenggarakan kursus-kursus tari Jaipongan, dimanfaatkan pula oleh pengusaha pub-pub malam sebagai pemikat tamu undangan, dimana perkembangan lebih lanjut peluang usaha semacam ini dibentuk oleh para penggiat tari sebagai usaha pemberdayaan ekonomi dengan nama Sanggar Tari atau grup-grup di beberapa daerah wilayah Jawa Barat, misalnya di Subang dengan Jaipongan gaya "kaleran" (utara).
Perkembangan selanjutnya tari Jaipongan terjadi pada taahun 1980-1990-an, di mana Gugum Gumbira menciptakan tari lainnya seperti Toka-toka, Setra Sari, Sonteng,
Pencug, Kuntul Mangut, Iring-iring Daun Puring, Rawayan dan tari Kawung Anten. Dari tarian-tarian tersebut muncul beberapa penari Jaipongan yang handal antara lain Iceu Effendi, Yumiati Mandiri, Miming Mintarsih, Nani, Erna, Mira Tejaningrum, Ine Dinar, Ega, Nuni, Cepy, Agah, Aa Suryabrata dan Asep.
Dewasa ini tari Jaipongan boleh disebut sebagai salah satu identitas keseniaan Jawa Barat, hal ini nampak pada beberapa acara-acara penting yang berkenaan dengan tamu dari negara asing yang datang ke Jawa Barat, maka disambut dengan pertunjukan tari Jaipongan. Demikian pula dengan misi-misi kesenian kemancanegara senantiasa dilengkapi dengan tari Jaipongan.Tari Jaipongan banyak mempengaruhi kesenian-kesenian lain yang ada di masyarakat Jawa Barat, baik pada seni pertunjukan wayang, degung, genjring/terbangan, kacapi jaipong, dan hampir semua pertunjukan rakyat maupun pada musik dangdut modern yang dikolaborasikan dengan Jaipong.
Penari jaipongan terdiri dari Tunggal, rampak / kolosal
a. rampak sejenis
b. Rampak berpasangan
c. Tunggal laki-laki dan tunggal
perempuan
d. Berpasangan laki- laki /
perempuan
Karawitan jaipongan terdiri dari
karawitan sederhana yang biasa digunakan pertunjukan ketuk tilu yaitu
- kendang
- ketuk
- rebab
- goong
- kecrek
- sinden
Untuk karawitan lengkap memakai
gamelan yang biasa dipakai pada karawitan wayang golek seperti
- kendang
- sarin I, II
- bonang
- rincik
- demung
- rebab
- kecrek
- sinden
- goong
- juru alok
tata busana tari jaipongan untuk
kreasi baru biasanya berbeda dengan busana ketuk tilu untuk yang kreasi
biasanya lebih glamor dengan tetap memakai pola tradisionalseperti sinjang /
celana panjang , kebaya / apok yang busananya lebih banyak ornamen sehingga terlihat
megah tetapi lebih bebas bergerak . Seiring dengan perkembangan jaman dan
tarian tersebut tari jaipongan banyak ditampilkan pada arena terbuka secara
kolosal juga tampil di Hotel berbintang dan penyambutan tamu- tamu asing
dari berbagai belahan dunia.
BAB III
PENUTUP
MOTTO
·
Jika kamu berbuat baik berarti kamu berbuat baik bagi dirimu
sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka kejahatanmu itu bagimu sendiri (Q.S
Al ISRA’7)
·
Bermimpilah setinggi langit karena seandainya terjatuh maka
akan jatuh di antara bintang-bintang
·
Belajar tanpa berfikir adalah tidak ada gunanya, sedangkan
berfikir tanpa belajar sangat berbahaya
·
Bukan kurangnya pengetahuan yang menghalangi penghasilan
tetapi kurang cukupnya suatu tindakan
·
Apabila dalam diri seseorang masih ada malu dan takut untuk
berbuat kebaiakan, maka jaminan orang tersebut adalah tidak akan bertemunya ia
dengan kemajuan selangkahpun (BUNG KARNO)
DAFTAR
PUSTAKA
fcomp2010.blogspot.com/2011/03/makalah-sejarah-seni-tari.html
mengerjakantugas.blogspot.com/2009/.../pengertian-tari-seni-tari.htm..
afand.abatasa.com/post/detail/5341/pengertian-tari-seni-tari
carapedia.com/pengertian_definisi_tarian_info2185.html
id.answers.yahoo.com › Semua Kategori › Seni
& Insani › Seni
Tari
restyamelia.blogspot.com/2012/03/definisi-seni-tari.html
materisenibudayablog.blogspot.com/
id.shvoong.com › Seni & Humaniora
zulfikart.blogspot.com/2011/10/unsur-unsur-tari.html
st-kembangsore.blogspot.com/.../pendidikan-seni-tari-unsur-unsur-se.
materisenibudayablog.blogspot.com/.../unsur-dasar-dan-komposisi-ta...
heroesoesanto.blogspot.com/2011/02/unsur-unsur-seni.html
id.answers.yahoo.com › Semua Kategori › Seni
& Insani › Seni
Tari
materisenibudayablog.blogspot.com/
st-kembangsore.blogspot.com/.../pendidikan-seni-tari-unsur-unsur-se
Tidak ada komentar:
Posting Komentar